Langsung ke konten utama

Mitosnya Belajar

 

Sebelum baca artikel ini, coba deh tanya pada diri sendiri. Di usia kita yang sekarang, keahlian apa yang kira-kira kita paling banggain? Menggambar? Bermusik? Atau lebih sederhana kaya beberes rumah? Rasa empati? Yaa apapun itu, inget ga sih dulu bagaimana cara kalian belajar skill-skill itu? Apa yang memotivasi kalian buat belajar? Di usia Qeis yang sekarang, ada beberapa skill yang Qeis sadar agak telat untuk memulai. Tapi masih ingin belajar. Tapi kok rasanya berat yah? Karena ngerasa telat jadi berasa kurang pede? Atau masih bingung apa yang jadi tujuan belajarnya?

 

Akhir-akhir ini Qeis lagi seneng belajar dan eksplore diri khususnya melalui seni. Entah mungkin karena kemarin sempat banyak diam di rumah karena pandemi, akhirnya ada waktu buat merenung dan ‘ngobrol’ sama diri sendiri soal hal-hal yang ingin dilakuin, termasuk keahlian yang dikuasain. Mengingat Bulan lalu juga Qeis menang arisan (HUAHAHAHA AKHIRNYAAAA!) jadinya cukup leluasa untuk beli kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

 

Saat ini Qeis sedang belajar bermain Keyboard. Tujuannya ga harus kaya pemain klasik profesional, cuma ingin di titik dimana bisa lancar aja mainnya kaya posisi Qeis sekarang bisa main Gitar. Terlebih juga dulu sempat belajar bikin musik pake FL Studio, yang ternyata keahlian piano/keyboard menjadi dasar dan jadi cukup krusial untuk buat lagu ternyata. Akhirnya belajarnya difokusin dulu ke Keyboard. Tapi, karena sekarang ada waktu luang, jadinya pengen belajar yang lain lagi yaitu menggambar.

 

Baru malam ini Qeis lihat-lihat caranya bagaimana memulai belajar menggambar. Alat-alatnya, definisi menggambar dan melukis, dan seterusnya. Sampai akhirnya Qeis baca artikel dari Monika Zagrobelna (@mzagrobelna). Yang awalnya Qeis kira cuma ngejelasin cara memulai meggambar, eh ternyata doi malah membuka pikiran Qeis soal kata “Belajar”.

 

Sadar ga sih? Kata ini tuh ternyata selalu hadir dalam kehidupan kita. Kamu mau pinter masak, kamu harus? Belajar. Mau pintar musik harus? Belajar. Semua keahlian kita yang kita kuasai dari jalan kaki sampai nyetir kendaraan semuanya lewat kata “Belajar”. Tapi, walaupun Qeis sadar atas kehadiran kata itu, kenapa yah kadang lupa prosesnya itu tidak selalu menyenangkan? Lucunya ketidakmenyenangkan itu yang sebabin kita-kita juga. Mulai dari ngebandingin keahlian kita sama yang pro lah, kesel sama espketasi sendiri, atau malah ga punya tujuan yang kuat yang jadinya niat belajarnya angin-anginan.

 

Nah, penjelasan dari Monika yang awalnya cuma mau ngasih tau cara mulai menggambar malah jadinya bantu Qeis buka pikiran atas esensinya belajar. Beliau menulis soal 5 mitos soal belajar, (Five Myths About Learning). Qeis akan coba jabarkan semampu Qeis di tulisan ini ;

 

1.      We share the same path

 

Saat kita mulai belajar sesuatu, kita selalu mencoba membandingkan keahlian ktia dengan orang lain. Tiap kali kita lihat orang lain lebih hebat dari kita, kita selalu berpikir “Yah dia kan udah belajar dari kecil”, atau “Ya dia berbakat dari lahir itumah” atau mungkin “Dia mah kaya raya, jadi belajarnya ke yang profesional.” Sejujurnya, betul .. bahwa hal-hal itu bisa menjadi penyebab mereka lebih baik dari kamu. Tapi jangan lupa, Bahwa proses belajarmu juga bagian dari hidupmu.

 

Maksudnya apa? Maksudnya adalah.. jalur belajarmu, pengalamanmu, merupakan bagian yang ga bisa lepas dari kehidupanmu. Kita paham soal teori bahwa hidup orang itu beda-beda? Nah! Begitu juga proses belajar kamu! Mau orang lebih baik atau tidak darimu, hal yang pasti adalah bahwa kehebatan mereka tidak akan pernah menjadi rival yang setara denganmu. 


Tidak akan pernah akurat, karena faktor jalan hidupmu lah yang menjadi indikatornya, begitupun jalan hidup mereka. Ga ada hubungannya kamu cuma bisa naik motor, sama mereka yang udah jago naik mobil. Atau ga ada hubungannya anak usia 12 tahun dah jago gambar, sedangkan kamu usia 23 tahun masih belajar corat-coret. Belajarmu adalah bagian hidupmu, nikmatilah!

 

2.      You know how fast you should learn

 

Ada istilah Dunning-Kruger Effect ; dimana lemahnya diri untuk menilai tingkat kemampuan yang kita miliki.  Atau arti lainnya yaitu, seberapa bodohnya kita untuk mengetahui tingkat kebodohan kita? Mungkin awalnya agak bingung, Qeis juga harus baca-baca dari berbagai sumber dulu untuk setidaknya menangkap garis besar dari kondisi psikologis ini.

 

Contoh konkretnya adalah, ketika kamu memaksakan diri ikut kontes bernyanyi, tapi kamu ga sadar bahwa skill nyanyi kamu sangat jauh dari cukup. Kamu cenderung buta nada, tapi tingkat kepercayaan diri kamu melebihi semua penyanyi lain bahkan yang profesional sekalipun.

 

Begitupun dalan tahapan belajar. Bagaimana kamu tahu harus secepat apa kamu belajar ketika kamu sendiri tidak tahu bagaimana caranya belajar dengan cepat? Ketika kamu ada di kelas belajar yang sama, namun keahlianmu berbeda dengan murid lain, ingatlah bahwa yang salah bukannlah kemampuanmu, tapi ekspketasi dan penilaianmu atas suatu kompetensi tertentu. Terimalah kekuranganmu dan terus belajar. Agar kamu sadar bahwa memang untuk ada di titik tertentu membutuhkan usaha yang jauh berbeda dari apa yang kamu kira.

 

3.      There's One Right Way to Learn Something

 

Dalam memulai belajar hal baru, Qeis suka takut bahwa ilmu atau tahapan yang qeis mulai kurang tepat. Sama dengan apa yang Qeis sedang alami sekarang dalam belajar keyboard. Banyak tutorial yang Qeis pelajari di youtube yang sebagian Qeis ikutin saran dan tipsnya. Tapi kadang kepikiran juga, apakah belajar dari youtube itu sudah tepat? Apa sebaiknya ambil les musik biar ada di jalur yang tepat? Menurut Monika, sebenernya ga ada namanya jalan yang paling tepat.

 

belajar tidak selalu mulus. Kadang kita harus mundur dulu, harus belajar dasarnya lagi biar bisa mengembangkan skill yang kita rasa sudah kita kuasai. Atau mungkin kita harus belajar skill lain dulu untuk bisa pelajari skill yang kita inginkan (Sama kaya kasus Qeis belajar FL Studio dan Keyboard yang Qeis bahas di atas). Cuma kadang, ketika kita harus mundur, kita ngerasa itu sebuah kecatatan, atau sebuah hal yang memalukan. Padahal, harusnya kita anggap itu tetap sebagai kemajuan, karena ‘kemunduran’ disini tidak menurunkan keahlianmu!

 

4.      When You Reach Your Goal, You'll Become Good

 

Kalo ambil contoh kasus Qeis, tujuan Qeis belajar keyboard itu untuk Qeis bisa cukup mahir memainkannya. Namun titik ini juga masih kurang spesifik mengingat seiring kita berkembang dan bertumbuh, secara ga sadar definisi kita soal “mahir” juga ikutan maju. Hal ini terjadi karena saat kita mulai belajar sesuatu, kita ga tahu tingkatan mahir itu seperti apa. Setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun, kita akhirnya ada di titik mahir. Namun kita melihat orang lain lebih hebat, lalu kita berpikir bahwa kita masih kurang mahir. Gapapa ngerasa kurang, tapi kalo sampai down dan jadi ga mau belajar lagi, duh sayang banget!

 

Padahal jika ditarik kebelakang, kita sudah sangat berkembang! Tujuan utama belajar adalah perjalanannya, seberapa lama dan tekun kalian terus belajar. Tanpa melihat cepat atau tidaknya proses, selama kalian tetap belajar kalian pasti akan berkembang. Kita cuma suka lupa aja bahwa diri kita dulu dengan yang sekarang sudah sangat berbeda. Kita lupa melihat ke belakang. Kurang bersyukur. Karena memang idealnya, mengejar mahir itu bandingannya bukan harus sama orang lain, tapi sama diri di hari kemarin dulu.

 

5.      Improvement is Linear

 

Belajar itu tujuannya dari yang ga bisa menjadi bisa kan? Dari yang ga tau caranya nyetir motor, sekarang 20 km/jam berasa lambat. Dari yang dulu lari 400 meter dah cape, sekrang 10K masih kuat nambah. Tapi pernah ga sih, ketika kalian ada di titik tertentu kalian merasa bahwa keahlian yang sudah dikuasai itu, akan langsung mendongkrak kalian menghadapai keahlian baru?

 

Qeis ambil kasus soal belajar Keyboard ini, Qeis kira awalnya karena Qeis sudah lama bermain Gitar, bermasin musik, Qeis sempat berpikir bahwa proses yang akan Qeis hadapi saat belajar Keyboard tidak akan sesulit Qeis saat awal belajar Gitar, Ternyata itu ga ada hubungannya. Qeis benar-benar menghadapi kesulitan diluar ekspektasi, rasa pegalnya, presisi jarinya, postur badan, dan lain-lain.

 

Karena ternyata, ketika kita belajar sesuatu yang baru dalam satu subjek yang sama, (cth : seni) hal tidak akan selalu menjadi faktor utama kita bisa melakukan hal baru dengan baik. Kita harus hadapi dan akui bahwa hal baru butuh pandangan dan cara baru untuk mempelajarinya. Orang yang jago vidio belum tentu jago foto, begitu pula sebaliknya. Kedua hal tersebut harus melalui prosesnya masing-masing yang walaupun pada akhirnya kita bisa gabungkan skill itu dengan baik.

 

Kesimpulannya adalah, bahwa proses belajar itu merupakan perjalanan. Yang namanya perjalanan, kalian bisa menemukan banyak hal. Salah jalan, ban kempes, cuaca buruk. Tapi jangan lupai juga hal baik yang mungkin terjadi seperti yang ngasih bonus makanan di pinggir jalan, atau ketemu orang yang ngasih saran untuk kita agar ambil jalan pintas. Atau malah nunjukin kita tempat baru yang asik!

 

Proses ini yang suka luput dari pandangan kita, terlalu banyak distraksi yang hadir yang akhirnya kita lupa. Lupa posisi kita yang lalu dengan yang sekarang. Posisi kita yang ga punya motivasi, sekarang udah punya daftar mimpi.

 

Untuk kita yang lagi belajar hal baru, semoga ini bisa menjadi motivasi. Buat pembaca, sering-sering kasih tau diri sendiri, bahwa proses belajarmu itu harus menyenangkan dengan caranya sendiri. Jangan lupa juga, reward yourself after accomplishing something!

 

sumber inspiresiyen :

https://design.tutsplus.com/articles/5-myths-about-learning--cms-33970?UTM_medium=social&utm_source=twitter&utm_campaign=tutsplus_social_twittertuts&utm_content=post1

https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_Dunning%E2%80%93Kruger


Komentar

  1. Hi ka qeish, awalnya aku iseng buka blog kk, tapi ternyata ke isengan nya aku cukup bermakna. Sekali lagi thankyou for sharing ka, sedikit cerita sekarang ini aku lagi lanjut kuliah, dan salah satu mata kuliah nya adalah bahasa kuno, sebenarnya berat buat aku dalam belajar bahasa itu karena aku ngerasa bahwa itu memang bukan keahlian aku dan lagi matkul itu ga ada hubungannya dengan jurusan keguruan yang sedang aku tempuh.
    Ada rasa putus asa dan ingin nyerah, ingin berhenti aja rasanya, tapi blog kk ini ngajarin aku makna belajar ,buka pikiran dan memotivasi aku untuk keep learning dan sadar bahwa step sekecil apapun yg aku buat itu tetap bermakna. thankyou ya ka, mungkin kk ga akan baca ini 😅 , tapi sekali lagi terimkasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Emotional Bank Account (EBA)

Dizaman serba cepat, kayanya hampir gak mungkin kalo ada orang diatas usia 20 tahun yang belum punya rekening bank atau dompet digital. Kehadiran OVO, Dompet DANA, GoPay dan sebangsanya juga sudah sangat amat luas penggunanya. Karena praktis, ga perlu narik uang dulu dan ga perlu khawatir uang jatuh dari saku akhirnya, lambat laun hal ini menjadi gaya hidup. Bicara hidup, sebenernya kita juga punya rekening bank sejak kita lahir da. Jadi dulu si penulis ini sempat scrolling Twitter temen. Kejadiannya kurang lebih 1 tahun yang lalu, dimana Qeis baru aktifin-ini pun terpelatuk oleh temen yang satu ini-Twitter lagi. Katanya .. “Biar kamu gak ketinggalan informasi.” (kurang lebih intinya itu) Setelah install Twitter terus buka aplikasinya. Rasanya kaya udah lama ga naik sepedah terus tiba-tiba beli sepedah langsung dipake keliling komplek. Jadinya Qeis meraba-raba lagi apa itu timeline, retweet , apa itu .. “ A Thread ” daaan seiring waktu akhirnya terbiasa dengan Twitter...

Fear of Missing Out (FoMO)

Waktu SMP, istirahat dan pulang sekolah selalu jadi waktu yang paling ditungguin. Ditungguin karena bisa jajan, bisa ngerjain PR ( deadliners ), atau ngobrol ngalur ngidul ga jelas. Waktu itu inget pernah merasa asing ketika temen-temen lagi bahas soal sepak bola. Jujur .. Qeis memang ga terlalu suka topik itu. Biasa aja. Waktu SD pernah ikut klub bola lapang besar, terus tiap istirahat juga mainnya seringnya bola. But somehow, every day feel the same . Ga pernah kepikiran untuk aktif banget dan ngepoin berita terbaru soal bola atau sampai begadang nonton piala dunia. Entah mungkin Ayah juga ga terlalu seneng bola, terus kaka cewe semua jadinya yaa .. saya lebih senang nonton Running Man dibanding bola 😊 Ketika masuk SMP jangkauan pertemanan lebih luas, obrolan juga mulai berkelas (anjay) daaaann topik bola itu sudah seperti topik khusus laki-laki. Ibaratnya topik make up udah otomatis topik khusus perempuan, ketika lagi ada liga inggris atau piala dunia.. tiap ketemu tuh pasti...

English Club

Di awal tahun 2020, Qeis tiba-tiba muncul keinginan untuk kuliah ke luar negeri. Aneh kenapa keinginan ini muncul sebenarnya. Berawal karena bantu manajer mengurusi persiapan keberangkatan direktur dan komisaris trip ke London. Satu waktu, ketika lagi bahas tentang kurs mata uang, Qeis baru tahu bahwa Poundsterling itu nilainya lebih tinggi jika dibanding Dollar Amerika. Dari situ langsung kepikiran gimana caranya bisa ke UK tapi ga cuma kerja, tapi kerja sambil kuliah. Anggapannya walau gaji kecil disana, tapi jika dirupiahkan akan cukup membantu kebutuhan di rumah orang tua. Kemudian ketika memikirkan persiapan apa yang krusial, bagi Qeis yang paling krusial saat ini yaitu, kemampuan berbahasa Inggris. Yup! Adakah dari kalian yang tidak senang atau enggan berbahasa Inggris? Atau mungkin lagi belajar? Misal udah coba latihan sendiri dari nonton film barat tanpa subtittle atau denger lagu-lagu barat tapi, masih kaku ketika mencoba speak up?   Yah.. apapun persepsi dan posi...